Saturday 22 December 2012

Salju dan Nikmat

Putih-putih mulus.
Cantik.
Senyum gembira meraikan sebuah nikmat.
Bahagialah aku,
yang menjadi manusia pilihan Tuhan,
untuk melihat keindahan butir-butir salju,
yang putih suci.
Indah.

Di musim sejuk yang bersalju,
ramai sekali manusia yang keluar beramai-ramai,
bermain papan luncur, ski.
Moga bergembiralah kalian, 
dengan nikmat Tuhan yang ini.
Bukan sahaja bisa melihat salju yang putih memukau,
bisa juga meluncur di atas hamparan salju yang memutih,
bisa menggenggam salju yang menggebu,
bisa mengepal-ngepal salju untuk membuat 'orang salji'.
Yuki Daruma.
Lalu bisa menghias-hias salju yang sudah dibentuk itu.
Lilitkan lehernya dengan muffler,
pakaikan pula topi di atas kepalanya.
Pasti seronok bukan?

Kini,
Bumi Tsunami ini sudah pun menjengah masuk ke musim sejuk.
Sudah banyak pun tempat yang dituruni salju.
Ada yang turun nipis-nipis.
Ada yang turun bertimbun, hingga menyukarkan perjalanan kalian ke sekolah.

Menjenguk sebentar ke laman mukabuku,
sesekali, muncul juga foto-foto bertemakan salju,
dari mereka.

Ada yang bergambar dengan memegang salju.
Ada yang sedang berpakaian luncur, bergembira bersama papan luncur di sebelah.
Ada yang memegang kepalan salju yang sudah dibentuk menjadi bentuk 'love' ,.
Ada yang sedang berperang salju,
main baling-baling salju kepada teman-teman.

Jelas terpancar wajah gembira mereka.
tersenyum riang ria.
Bahagia.

Menjenguk pula ke laman instagram,
sememangnya penuh dengan gambar,
pun memaparkan gambar-gambar yang bertemakan serupa.
Salju.

Oh, sesungguhnya aku turut bergembira melihat kesemua gambar-gambar seperti itu.

Sungguh aku gembira.

Namun.
Jauh di sudut hati,
rupanya aku masih menyimpan rasa itu.
Rasa cemburu.
Melihatkan mereka dengan selambanya memegang salju itu lalu bisa mengepal,
membentuk-bentukkannya,
boleh main baling-baling ke udara...

Sungguh aku cemburu dengan nikmat yang itu.

Aku?
Iya aku masih beruntung kerana bisa melihat dan merasai nikmatnya melihat salju.

Tapi aku tak bisa mengepal dan membentuk-bentukkan salju.
Sejuk.
Tangan aku akan mengeras.
Memutih.
Sesekali kebiruan.
Sakit.
Jemariku akan menegang.
Kesejukan tanpa kehadiran salju pun sudah bisa membuatkan aku menangis kesakitan.

Sudah lama aku membatukan diri daripada turut berasa teruja dengan keseronokan memegang salju.
Sudah lama aku memekakkan telinga dengan sebarang ajakan untuk pergi bermain papan luncur mahupun ski. 
Sebab aku tahu yang aku takkan mampu menahan kesejukan di bawah paras beku,
malah hanya akan membebankan diri sendiri, bahkan akan menyusahkan orang lain.

Tapi hari ini,
kebatuan hati aku mencair juga.
Entah mengapa, rasa sedih dan cemburu itu seakan datang bertalu-talu.

Air mata tumpah juga.
Penyebabnya, aku sendiri tak pasti.
Sama ada kerana melihatkan gambar-gambar mereka yang sakan bermain salju,
atau kerana melihatkan jemari sendiri yang sedang kesejukan sedang menari atas papan kekunci komputer.

Bukan menyesali diri yang tidak berpeluang bermain sakan dengan salju,
tapi sekadar meraikan kemanusiaan sendiri.



*senyum*



Setiap aturan Tuhan, takkan pernah sia-sia.



"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahannya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. 
[An-Nur 24:43]


Menjadi manusia pilihan Tuhan sudah cukup menggembirakan aku.

Melihat mereka-mereka yang bergembira dengan nikmat menjadi manusia pilihan Tuhan,
juga sudah cukup menggembirakan aku.




*senyum*



Tak mengapa.
Aku akan tetap mensyukuri nikmat Tuhan,
dengan cara aku.




1 comment:

Anonymous said...

tabah ye.kak.
mungkin. one fine day nanti pasti .
tak didunia. moga dijannahnya nanti bisa. (=

moga Allah redha.